Rabu, 21 November 2012

Kala Hujan


rintik rintik hujan mulai jatuh membasahi semesta, buliran rahmat Tuhan juga perlahan turun kepada umatNya. satu persatu makhluk menunjukkan rasa syukurnya atas nikmat yang telah mereka rasakan. dedaunan mulai merunduk membagikan tetes demi tetes yang ia terima kepada tanah yang menjadi saksi bisu perjalanan manusia di muka bumi. hewan hewan berkeluaran dari sarangnya menikmati rinai hujan yang jatuh membasahi badannya, menari bergembira merayakan keberkahan yang turun dari langit. lain lagi dengan manusia, anak anak kecil berlarian bermain di genangan air membuat suara kecipak, seperti ada suatu beban yang terlepas ketika kaki sudah menginjak ke dalam genangan, remaja remaja seusia sekolah menengah melompat ke dalam sungai dan mulai berlomba menjadi yang tercepat mencoba melawan arus sungai, sedang orang dewasa tampaknya tak biasa dengan cuaca dingin, sehingga hanya bisa menikmati keindahan hujan dari balik selimut tebal, menggigil.

hujan selalu membangkitkan kembali ingatan yang ingin dilupakan. kala hujan kita pernah merasa begitu dekat, layaknya angin setiap semilir yang menghampiri itulah yang kurasakan sebagai aroma kenangan, begitu memikat siapa saja yang menghirupnya. melihat tiap satuan air melalui jendela, berharap pada tiap tetes yang jatuh. kita tak berharap pada bintang jatuh, karena di kota industri seperti ini kita tak sempat mengintip langit memastikan ada bintang yang terjatuh. hamparan langit telah tertutupi atap atap gedung yang tinggi menjulang. berada di jalan tak ubahnya berada di hutan, begitu banyak pohon pohon tinggi, sepanjang mata memandang hanya pohon yang terlihat,  yang disini diartikan sebagai pabrik pabrik berasap tebal. hanya hujanlah yang setia mendengar harapan harapan kami, hujanlah yang membawa harapan kami mengalir menuju muara kemudian menguap mencapai langit, mungkin harapan kami juga akan menembus langit lalu mencapai Tuhan.

5 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar