31 Oktober 2012
ingat ketika
dulu kita masih dalam fase yang kata orang masa masa paling indah? walaupun
hubungan yang kita sebut pacaran ini belum mengikat diriku dan dirimu
sepenuhnya, namun sungguh aku ingin memiliki hak atas dirimu. jangan berpikiran
buruk, aku bukan lelaki brengsek yang suka mempermainkan kehormatan wanita. aku
sangat menghormatimu, aku menghormatimu selayaknya aku menghormati almarhumah ibuku
yang telah bersusah payah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku dan
berjuang sekuat tenaga untuk membesarkan dan mendidikku hingga seperti ini. ibuku
sudah banyak mengajarkanku bagaimana tata cara hidup di dunia agar kita tidak
tersingkir, beliau tau betul cara mendidik anak anaknya, bukan dengan teori
seperti di sekolah formal yang menekankan pada kecerdasan intelektual, namun
beliau membuat kami learning by doing. karena menurut beliau, apa yang kita
kerjakan akan lebih diingat dan lebih terasa maknanya ketimbang hanya mempelajarinya
dengan membaca teori teori yang aku anggap agak membosankan menghabiskan waktu
berjam jam hanya untuk membaca buku setebal buku telepon tapi kita tak mengerti
makna yang terkandung di dalam tulisan tersebut. aku rasa beliau sudah cukup
lelah, mungkin memang sudah saatnya beliau beristirahat. aku mengikhlaskan
ibuku karena disana pasti ia akan mendapat tempat yang lebih baik. tak mungkin
Tuhan tega menelantarkan salah seorang dari malaikatnya.
aku bukan
ingin mengekangmu atau sebagainya, tapi harusnya kau bisa menghargaiku sebagai
seseorang yang nantinya akan mendampingi hari harimu. apakah pantas jika kamu,
kekasihku, sering berdua bersama pria lain tanpa sepengetahuanku. aku bukannya
overprotective melarang kau berhubungan dengan teman temanmu, seharusnya kau
tau batasan antara teman dan bukan. melihatmu bercanda terlalu jauh dengan pria
lain yang tak pernah kau kenalkan sebelumnya padaku membuat darahku agak sedikit
panas. aku bisa mengikhlaskannya jika kau melakukannya sekali dengan kekhilafan.
tapi yang kau perlihatkan bukan sekali dua kali, kau terlalu sering bersama
mereka, sayang. aku tau rasa sabar itu tak ada batasnya, namun aku tentu saja
tak bisa diam melihatmu bermain api. aku bukannya takut terbakar cemburu, aku
hanya takut kau terluka, luka akibat bermain api memang bisa disembuhkan tapi
akan berbekas.
aku hanya
berdoa semoga Tuhan bisa menyadarkanmu kembali. mungkin dengan sedikit teguran.
tidak, aku tak bermaksud mendoakan yang tak baik untukmu. aku hanya ingin kau
kembali seperti dulu saat kita mulai pertemuan ini.
tidakkah kau
ingat bagaimana cara kita bertemu di tempat kerja. kebetulan pekerjaan kita
sama, lalu aku dan kamu menjadi partner kemudian sedikit demi sedikit ada
segelintir perasaan yang lama kelamaan menjadikan kita. kita semakin dekat
karena aku dan kamu seperti barang komplementer yang saling melengkapi. kita tidak
bisa berdiri sendiri karena akan menjadi percuma, tak bisa digunakan. kita
rangkai hari hari indah sebagai pasangan.
mungkin kini
kau sudah mencapai titik kejenuhan karena terlalu lama bertemu denganku.
bertemu di tempat kerja, sepulang kerja kita bertemu lagi karena rumah kita
hanya terpisah beberapa langkah. aku menyadari betapa wanita sangat mudah jenuh,
aku maklum jika kau berada dalam fase itu, tapi apakah untuk menghilangkan
kejenuhan kau harus bermesraan dengan pria lain? sepertinya kau tak lagi
sembunyi sembunyi, entah sudah lelah dipergoki atau kau memang ingin membakar
amarahku? seharusnya kau merasakan apa yang sedang ku rasakan kala memandangmu
bersama orang lain. bukankah kita satu hati satu rasa. kenapa kini kau tak
punya hati untuk merasakan sakitnya menjadi diriku? aku bukan egois
mementingkan perasaanku sendiri, aku ingin menjagamu, sayang, dari orang orang
yang ingin menyakitimu. aku tak bermaksud membuat jurang pemisah antara kau dan
dunia luar. hargai usahaku jangan hanya menelantarkan diriku. sesakit inikah
menjagamu? apakah kau akan tetap berlaku demikian jika sudah menjadi kekasih
sah ku?
Tuhan tak
pernah memberi masalah tanpa solusi. karena mereka satu paket, hanya biasanya
salah satu dikatakan datang terlambat, hanya karena manusia tak mau mencari
paket yang hilang itu. doa yang setiap pagi dan senja ku panjatkan akhirnya
terkabul juga. kamu resmi menjadi separuh dari diriku. tingkahmu juga tak
seperti dulu, kini kamu lebih bisa menjaga dirimu dan suamimu. semoga kau bisa
terus seperti ini hingga kelak.
kenapa kau
tampak muram? aku hanya berbincang dengan adikku. salahkah jika ia yang sudah
lama tak kutemui datang lalu bercerita banyak padaku. kenapa kau gelisah? dia
hanya adikku. aku ingin jalan bersama dengannya karena sebentar lagi dia akan
kembali ke kotanya. apa yang kau takutkan? sebagai tanda sayang tak bolehkah
aku bercanda dengannya. kenapa kau tampak marah, sayang? sedikit sakit memang
tapi sabar saja, aku pernah merasakan yang lebih buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar