23.12.2011
Sungguh, aku gak pernah ngebayangin bakalan ada kejadian seperti ini. Ku kira hidup ku bakalan datar-datar aja. Gak pernah terbesit pikiran kayak gini nih. Aku mulai meragukan arti cinta dan sahabat. Aku tak bisa membedakannya.
○ ○ ○
Aku berpikir mungkin seharusnya aku memang tak pernah mengenal sosok itu. Ia selalu membangkitkan rasa sakit tanpa pernah mencoba untuk mengobatinya. Walau harus ku akui ia memang pernah membuat hari-hariku terasa begitu berwarna dan bermakna. Namun ia tetaplah seseorang yang sekarang ini masih membuat lubang di hati dan aku masih belum bisa menutupinya. Perih yang tak tertahankan namun harus ku tutupi.
Hahaha aku selalu mentertawakan kebiasaan burukku yang bisa membuat aku merasakan sakit yang luar biasa dalam. Membuka inbox orang! Tangan ini bisa cepat tanpa diperintah membuka bagian private bagi hampir kebanyakan orang. Kali ini ketika Vira sedang duduk belajar memainkan gitarnya aku meminjam handphonenya dan mulai mendengarkan lagu. Tanganku tak tahan untuk tidak membongkar inboxnya.
Dirga.
Dirga.
Dirga.
Baru awal ku lihat hampir semua pesan masuk berasal dari Dirga. Melihat daftar panggilan masuk dan keluar, tetap ada satu nama, Dirga. Aku mulai berpikir, bagaimana bisa Dirga menghabiskan setiap waktunya untuk Vira sedangkan semua pesanku hampir tak pernah dibalas oleh Dirga. Oke, aku sadar aku gak seasyik Vira. Ku lanjutkan membaca. Ya Tuhan, serasa ada yang menghimpit dadaku yang menyebabkan aku kesulitan bernafas. Saat itu ingin rasanya ku berteriak dan mengapresiasikan perasaanku, namun suaraku tercekat. Aku hanya bisa duduk memaku membaca kalimat demi kalimat yang ku anggap sebagai kalimat pembuat galau tahun ini. Sepertinya untaian kalimat itu tiak perlu kujabarkan karena sudah ku mengerti artinya : Mereka menyukai satu sama lain!
Entah sudah ada status resmi atau hanya baru menjajaki masa-masa yang kata orang begitu indah, masa PDKTan. Semakin lama aku berada disini, aku merasa semakin susah pula aku bernafas. Aku memutuskan untuk meninggalkan tempat itu beserta puluhan pesan yang belum sempat kubaca, namun ku tau pasti isinya.
Setelah kupahami ku bukan yang terbaik yang ada di hatimu
Tak dapat kusangsikan ternyata dirinyalah yang mengerti kamu
Bukanlah diriku
○ ○ ○
You turn my whole life so blue. Drowning me so deep, I just can reach myself again.
You successfully tore my heart. Now it’s only pieces, nothing left but pieces of you.
Aku tak tau kemana harus ku melangkah. Aku begitu rapuh dihadapkan dengan hal-hal seperti ini. Image ku sebagai cewek strong seketika lenyap hanya gara-gara membaca pesan singkat. Ia berhasil mematahkan karang itu dan tak berusaha untuk menumbuhkannya kembali.
Aku memacu kendaraanku dengan kecepatan di atas rata-rata. Dalam hidupku, ada dua alasan kenapa aku mengendarai kendaraanku dengan kecepatan di atas normal. Pertama, ketika aku dikejar waktu. Kedua, ketika aku sedang memendam perasaan sakit namun aku tak bisa berteriak untuk menumpahkannya.
Aku sedang dalam keadaan labil. Satu detik aku bisa begitu menyukai seseorang, di detik berikutnya aku bisa membencinya setengah mati. Saat ini logika tidak berjalan. Saat ketika sahabatmu sendiri sedang berada dalam posisi nyaman dengan seseorang yang telah lama jadi inceran kamu.
Ku ingin marah pada siapa, namunku hanyalah sendiri disini.
Ingin ku ungkapkan pada siapa saja yang ada bahwa hatiku kecewa.
Otakku lagi gak bisa berpikir jernih, aku menyalahkan Vira dengan semua kehebatannya. Aku menyalahkan Dirga dengan semua sifat cowoknya. Aku menyalahkan diriku sendiri yang mengenalkan mereka berdua pada suatu kesempatan. Aku menyalahkan siapa saja yang berhubungan dengan mereka.
Sengaja aku tak menghubungi keduanya beberapa hari ini. Mencoba membuat mereka mencari diriku, tapi ternyata tidak. Aku ditinggalkan dalam kesendirian. Aku..aku..aku benci mereka, tapi aku tak bisa memungkiri bahwa aku masih butuh mereka.
Sehari..Dua hari..Lima hari..Seminggu.. teras begitu lambat, aku benar-benar ngerasa waktu seminggu kayak udah berbulan-bulan aku gak komunikasi sama Dirga. Terpaksa aku harus mengikhlaskannya walau sebenarnya aku tak sanggup.
Kuputuskan menceritakan masalah ini pada Tama. Tama sebenarnya sejenis makhluk anti-sosial yang selalu berkutat di depan gadget-gadgetnya. Tapi hebatnya ia sudah jadi pangeran di hati kekasihnya. Dengan gaya sok nya ia berkata, “udah ikhlasin aja orang itu.”
Aku juga udah berusaha mengikhlaskannya dari kemaren Cuma gak bisa-bisa
“Ya udah, cari pasir terus guling-guling aja di situ,” wajah kusutku seketika berubah, aku tak dapat menahan tawa atas ucapannya. Salah satu guru kami pernah bercerita kalau kalian marah, maka cara terakhir untuk meredam amarah kalian adalah berguling-guling di pasir ketika matahari sedang bersinar terik.
“Yah, sebenarnya aku ingin mencoba cara itu, tapi aku gak nemuin pasir,” jawabku asal.
“wkwkwk” eh, kok dia malah tertawa, mentertwakan kesusahanku? Huh!
Dia suruh aku tidur aja dulu buat tenangin pikiran siapa tau besok masalahnya hilang sendiri, walau tak yakin, kuturuti juga nasihatnya.
Esok paginya aku bangun dengan perasaan sedikit lebih tenang, buka hp, baca sms-sms yang lalu jadi teringat lagi, akhirnya aku kirim pesan ke Tama
“Aku udah tidur, tapi keinget lagi masalahnya, aku gak nemuin pasir nih buat guling-guling.”
“Ya udah, ambil tali ikat ke pohon,” balasnya simple.
“Hmmh :( jahat..mau nyuruh aku bunuh diri.”
“Udah lah, coba masalah kayak gitu gak usah dipikirin, kalo dia gak mau ngehubungin kamu gak perlu lah kamu capek-capek ngurusin dia”
“Tapi dia yang biasa menuhin hari-hari aku”
“Santai aja mamen :)”
“Gimana caranya santai?”
“Udah buang aja orang itu, sesuatu yang mencapai titik puncak akan mengalami penyusutan pada akhirnya.”
Sepertinya ada yang berbeda dari perasaanku, perasaan nyaman seperti….
Ah..sudahlah, dia sahabatku, dari dulu hingga sekarang dia sahabatku. Dan akan tetap begitu.
○ ○ ○
“Bantuin aku cari tugas dong :(” malam itu ia membangunkanku yang tengah asyik menggeliat di kasur, aku coba buka laptop dan mengkoneksikannya ke internet. Ternyata gagal terus.
“Gimana mau bantuin, koneksi modemnya putus nih” segera ku balas pesannya.
“Gimana ya cara ngerjain tugas tapi gak perlu keluar rumah?”
“Kenapa gak boleh keluar? Padahal mau ngajakin hotspotan nih” jawabku asal.
“Hotspotan dimana?” sepertinya dia antusias.
“Deket rumah aku lah” padahal aku gak tau dimana.
“Aku minta uang dulu ya sama mama aku, kalo dikasih aku kerumah kamu, biasa sih gak dikasih.” Aku berpikir ni anak kan sering bercanda, gak mungkin deh dia dikasi uang terus pergi jauh-jauh dari rumahnya ke rumahku hanya untuk hotspotan, emangnya di deket rumahnya gak ada apa, hehe, tapi aku tersentak kaget ketika hp ku bergetar, “Aku ke rumahmu sekarang ya, assalam.”
HA?! Aku beneran kaget! Beneran nih mau datang? Jarak rumah kita lumayan jauh lho dan ini malam. Hah gimana nih? Aku bingung sendiri jadinya. Abisnya aku kira hanya bercanda dan kini aku berada di kamar mandi mengharumkan badanku. Beberapa menit kemudian aku sudah rapi wangi dan berseri menunggu kedatangannya. Sebelumnya aku tanya sama temenku tempat hotspotan yang enak tuh dimana, abisnya tadi aku cuma asal ditanggepin antusias. Aku kan sebenarnya gak tau apa-apa tentang tempat hotspot di deket rumahku, aku jarang banget keluar abisnya.
“Kita ke warnet aja y?” pesanku, entah kenapa aku tiba-tiba malas bersama orang keramaian di tempat hotspotan.
“Gak ah, k tempat hotspotan aja, sebentar lagi aku nyampai.”
“Iya deh.” Kuturuti kemauannya kali ini.
“Eh, aku lupa lagi nih rumah kamu,” selalu begitu, gak pernah hapal rumah orang padahal udah berkali-kali kesini, tapi berkali-kali juga nyasar sampai belakang.
“Aku keluar sekarang.”
○ ○ ○
Akhirnya kami sampai juga di warnet, setelah ia merasa tak nyaman melihat café itu. Hanya ada satu pc yang nganggur, akhirnya aku berdua dengannya. Untungnya bilik itu lumayan luas sehingga aku tidak merasa risih. Dia memulai pencariannya dan aku merengek minta download-in lagunya The Red Jumpsuit Apparatus yang Your Guardian Angel.
Ku tatap matanya, aku menyesal karena aku terhanyut dalam sorot matanya. Ku alihkan pandanganku namun aku tak mampu menghilangkan tatapannya. Aku merasa nyaman berada di dekatnya. Perasaan apa ini? Aku mencoba mengutuki diriku sendiri karena dia sudah ada yang memiliki. Aku tidak mau menjadi duri dalam daging. Tapi aku merasa nyaman.
Teman ada yang ingin ku sampaikan. Namun ini tak pantas untuk kau dengar. Ku ada di tempat yang salah karena di butakan cinta.
Yang kau lihat tak seperti yang kau lihat. Semua telah terjadi di luar kendaliku. Jika bisa kuarahkan saja cinta ini ke lain cinta.
Maafkan aku mencintai kekasihmu, kekasihmu. Namun ku tak ingin menjadi penyebab kehancuran antara kau dan dia.
○ ○ ○
Detik ini aku tersadar, aku salah! Aku bersalah pada Tama, menjadikannya seperti pelarian yang coba aku paksakan megisi hari-hariku, tapi tak bisa, ia harus mengisi hati seseorang dan itu bukan aku. Rasa nyaman itu timbul karena aku merasa ia mengisi lubang itu padahal ia hanya berdiri di depan dan menyamarknnya. Ia punya kehidupannya sendiri yang tidak bisa kusentuh. Aku khilaf.
Aku bersalah pada Vira dan Dirga. Aku tak punya hak untuk mengatur mereka, aku bukan siapa-siapa. Mereka berdua punya hati yang harus diisi dan aku tak berhak menentukan siapa yang berhak dan yang tak berhak mengisinya. Mereka punya kehidupan pribadi yang seharusnya tak ku jamah. Aku khilaf.
Aku bersalah pada diriku sendiri. Aku membiasakan diri bersandar pada seseorang yang sebenarnya mempunyai beban yang berat di pundaknya. Aku harus bisa berdiri sendiri, aku akan bangkit dan tak berharap siapapun. Kelak akan datang penggantinya, ku yakin ‘kan lebih indah yang pernah ada :)
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar