Selasa, 24 April 2012

Kepastian yang Tidak Kuharapkan

Sumpah! Aku gak pernah sekalipun kepikiran kalo hal ini bakalan terjadi dalam hidup aku. Tragedi seperti ini sering banget diputar di sinetron ataupun di film, tapi tak terbesit sedikitpun aku akan mengalaminya. Tuhan, aku gak tau apa yang aku alami sekarang, aku gak bisa bayangkan kenapa ada kejadian seperti ini.

Mungkin aku patut membenci dia karna mencintaimu
Jujur ku katakan aku tak rela dia jadi milikmu

Akhir-akhir ini aku memang tak terlalu sering bertukar kabar dengan Dirga. Jika biasanya hampir setiap hari dengan puluhan pesan, kini seminggu sekalipun sulit dilakukan karena alasan kesibukan masing-masing. Aku mengerti jika Dirga selalu membalas pesanku dengan kata-kata yang terlalu singkat, karena aku juga memosisikan diriku jadi dirinya dengan seabrek kegiatan sekolah ataupun kegiatan penunjang hobinya. Dan aku juga berharap Dirga juga bisa memosisikan dirinya jika aku kelewat singkat membalas pesannya dengan hanya menggunakan kata O dan Y.

Tapi sepertinya terdapat kejanggalan di hatiku, ah mungkin cuma perasaan. Aku harap aku salah mengartikan perasaanku ini. Tapi benarkah perasaan bisa berdusta? Bukankah perasaan adalah cerminan hati dan cermin selalu memantulkan apa adanya tanpa ada yang ia tambah maupun yang ia tutupi.

Yang ku tau saat ini Dirga lagi giat-giatnya bersay hello sama Vira. Salah satu kebiasaan burukku adalah jika aku meminjam handphone milik seseorang yang sudah aku kenal dekat, maka tanpa ragu media pertama yang aku tuju adalah inbox. Tanganku tanpa diperintah bisa langsung cepat menekan keypad membuka apa yang menjadi kebiasaanku.

Seperti pada telepon milik Vira, aku tak pernah ragu untuk membuka inboxnya. Untungnya Vira jarang keberatan dengan tabiatku itu. Sayangnya semakin lama aku berada pada media itu, aku juga merasa ada suatu perasaan yang semakin lama semakin membuat jantungku sempit hingga membuat aku kesulitan bernapas. Banyak banget pesan masuk dari Dirga dengan isi yang begitu menarik, 180 derajat berbeda ketika ia membalas pesan-pesanku. Aku tak pernah bertanya kenapa stylenya begitu berbeda ketika ia bersamaku dan ketika ia bersama Vira. Entah karena aku malas bertanya atau karena aku takut mendengar jawaban yang bakal terlontar dari keduanya.

Kuakui, aku memang merasakan suatu getaran yang tidak biasa. Hatiku sesak hebat namun wajahku masih mampu menyembunyikannya. Aku memejamkan mataku dan menarik napas dalam-dalam setiap aku akan membaca pesan-pesan tersebut. Mungkin Vira tak pernah memerdulikanku ketika ku meminjam gadgetnya. Mungkin karena terlalu sering hingga ia tak mengubrisnya lagi, atau ia terlalu sibuk dengan urusannya yang lain hingga ia tak tau aku sudah mengambil alih hp-nya. Perasaan cemburu mulai menggerogoti hatiku.

Aku sangat mengenalmu, aku juga cintaimu
Namun kau tak pernah ada pengertian
Ku senang ku sedih kau tak mau tau
Aku sangat mengenalmu, dulu kau tak begitu
Kau bintang dihatiku jadilah yang ku mau
Ku senang ku sedih kau ada denganku

Mungkin lima tahun tidak cukup untuk mengenali karakter seseorang. Ini tahun keenam aku dan Dirga saling kenal, tapi masih saja kami tak saling mengenal. Seperti yang terjadi sekarang.
Percakapan dimulai dengan mengirim kata-kata mutiara yang ku forward dri temanku tak lama ia membalasnya, tak seperti biasanya. Padahal ia selalu bilang kalau dia tak pernah membalas send all-an.

“Kata-kata sendiri atau ngutip tuh?”
“Ngutip, hehe, lagi apa?” balasku cepat
“Lagi galau, haha”jawabnya
“Galau kenapa?” aku bertanya serius
“Udah lah, sifat childish aku lagi muncul”
“Emang ada apa sih?” ia selalu membuatku penasaran
“Aku udah gak ada apa-apa lagi sama Vira. Itu masalahnya,” aku cukup kaget membaca pesannya, apalagi pada kalimat pembukanya.
“Emang selama ini ada apa sama Vira?’ rasa penasaranku mencapai titik klimaks.
“Sudahlah, tinggal kenangan.”
“Kamu nih kenapa sih? Aku cukup puas selama ini jadi orang yang gak tau apa-apa tentang temannya sendiri.”
Tak dibalasnya, aku tunggu dari pagi hingga sore namun tak ada namanya dalam daftar pesan masuk. Akhirnya aku coba untuk menghubunginya. Namun aku masih belum puas dengan jawabannya. Ia hanya membolak-balik pertanyaanku, membawanya ke topik lain, tapi tak berniat untuk menjawab.

Tidurku tak tenang malam itu. Entah kenapa kau memikirkannya yang mulai menutup diri dariku. Biasanya ada saja yang dia sampaikan padaku, mulai dari hal kecil sampai pada hal-hal yang besar. Kini ia bagai bersembunyi. Kurasa ia memang bersembunyi dari perasaannya. Perasaannya pada Vira yang mungkin belum bisa ia ungkapkan secara gamblang namun sudah tersirat dari setiap pesannya yang masuk.

Esokknya ku coba tanyakan pada Vira. Ia hanya menunjukkan telponnya, isyarat agar aku membaca pesan masuknya. Aku hanya bisa terpaku, tanganku memainkan tombol-tombol keypad untuk mengetahui kelanjutannya. Yah hatiku sedang biru, teman. Dirga telah menyatakan perasaannya pada Vira. Tapi setelah itu ia mengucapkan selamat tinggal, entah apa maksudnya.

Tanpa sengaja bibirku mengucap, “Kamu tuh udah buat aku…”
‘Teng..teng..teng..’ bel sekolah berbunyi, aku bergegas menuju kelasku meninggalkan Vira dengan kata-kata yang tak sempat ku lanjutkan. Yaa…jika dipikir-pikir ini ada baiknya. Walau sakit, tapi aku tau kenyataannnya. Aku tak perlu lagi menunggu Dirga dengan sejuta ketidakpastian. Aku hanya perlu melepaskannya dari hari-hariku, aku hanya tinggal membiasakan diri. Semoga aku bisa melakukannya

Untuk Dirga dan Vira, terimakasih karena membuatku benar-benar merasakan arti persahabatan dan cinta bersatu dalam gejolak emosi remaja.

Sekarang aku tersadar
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi


20 Nov 2011 dan 23 Apr 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar