Rabu, 25 April 2012

Dibawah Rinai Hujan

Kamu mungkin tak mengingatnya
Namun kenangan ini takkan mungkin terhapus dalam memori otakku
Saat kita menari bersama di bawah rinai hujan
Kita ceritakan semua tentang kita
Saling khawatir akan hari esok
Tertawakan tingkah bodoh kita
Berlomba jadi yang tercepat
Terpeleset dan jatuh diantara rerumputan yang basah oleh rahmat Tuhan
Dengan pakaian warna tanah dan tubuh menggigil
Kita masih tetap merentangkan tangan berputar menikmatinya

Dibawah rinai hujan kita bahagia
Ceritakan hari depan dengan penuh harapan
Kembali beradu cepat dan terguling lalu kembali tertawa
Merasakan setiap buliran yang jatuh karena kuasaNya
Di bawah rinai hujan aku selalu bersyukur mengenal sosokmu

Waktu kan Pertemukan Kita Kembali

Bangku sekolah dasar mempertemukan kita
Saat kita masih polos dan tak mengerti apa-apa
Entah bagaimana caranya aku bisa bertemu kamu
Entah bagaimana prosesnya hingga aku dan kamu menjadi kita

Sedikit beranjak dewasa kita masih bermain berdua
Bersama ciptakan suasana hangat putih biru dan abu-abu
Walaupun ketika pelajaran kita tak menyatu
Namun begitu bel istirahat kita saling menyerbu
Mengeluarkan ejekan dan tingkah buruk lainnya
Lorong sekolah jadi saksi kebersamaan kita

Sayang kita terpisahkan dimasa kita seharusnya saling berbagi rasa
Namun kita pasti bertemu lagi dengan perasaan tumpah ruah yang membanjiri
Kita harus janji ketika kita bertemu
Kita tunjukkan surat sukses ditangan sambil tersenyum bahagia
Janji!

Aku bakalan rindu kamu
Sama rindunya dengan ilalang yang menunggu angin
Serindu umat menantikan hujan kala kemarau
Rindu ini kupersembahkan untukmu
Kamu sahabatku dulu, kini, nanti dan selamanya

Selasa, 24 April 2012

Kepastian yang Tidak Kuharapkan

Sumpah! Aku gak pernah sekalipun kepikiran kalo hal ini bakalan terjadi dalam hidup aku. Tragedi seperti ini sering banget diputar di sinetron ataupun di film, tapi tak terbesit sedikitpun aku akan mengalaminya. Tuhan, aku gak tau apa yang aku alami sekarang, aku gak bisa bayangkan kenapa ada kejadian seperti ini.

Mungkin aku patut membenci dia karna mencintaimu
Jujur ku katakan aku tak rela dia jadi milikmu

Akhir-akhir ini aku memang tak terlalu sering bertukar kabar dengan Dirga. Jika biasanya hampir setiap hari dengan puluhan pesan, kini seminggu sekalipun sulit dilakukan karena alasan kesibukan masing-masing. Aku mengerti jika Dirga selalu membalas pesanku dengan kata-kata yang terlalu singkat, karena aku juga memosisikan diriku jadi dirinya dengan seabrek kegiatan sekolah ataupun kegiatan penunjang hobinya. Dan aku juga berharap Dirga juga bisa memosisikan dirinya jika aku kelewat singkat membalas pesannya dengan hanya menggunakan kata O dan Y.

Tapi sepertinya terdapat kejanggalan di hatiku, ah mungkin cuma perasaan. Aku harap aku salah mengartikan perasaanku ini. Tapi benarkah perasaan bisa berdusta? Bukankah perasaan adalah cerminan hati dan cermin selalu memantulkan apa adanya tanpa ada yang ia tambah maupun yang ia tutupi.

Yang ku tau saat ini Dirga lagi giat-giatnya bersay hello sama Vira. Salah satu kebiasaan burukku adalah jika aku meminjam handphone milik seseorang yang sudah aku kenal dekat, maka tanpa ragu media pertama yang aku tuju adalah inbox. Tanganku tanpa diperintah bisa langsung cepat menekan keypad membuka apa yang menjadi kebiasaanku.

Seperti pada telepon milik Vira, aku tak pernah ragu untuk membuka inboxnya. Untungnya Vira jarang keberatan dengan tabiatku itu. Sayangnya semakin lama aku berada pada media itu, aku juga merasa ada suatu perasaan yang semakin lama semakin membuat jantungku sempit hingga membuat aku kesulitan bernapas. Banyak banget pesan masuk dari Dirga dengan isi yang begitu menarik, 180 derajat berbeda ketika ia membalas pesan-pesanku. Aku tak pernah bertanya kenapa stylenya begitu berbeda ketika ia bersamaku dan ketika ia bersama Vira. Entah karena aku malas bertanya atau karena aku takut mendengar jawaban yang bakal terlontar dari keduanya.

Kuakui, aku memang merasakan suatu getaran yang tidak biasa. Hatiku sesak hebat namun wajahku masih mampu menyembunyikannya. Aku memejamkan mataku dan menarik napas dalam-dalam setiap aku akan membaca pesan-pesan tersebut. Mungkin Vira tak pernah memerdulikanku ketika ku meminjam gadgetnya. Mungkin karena terlalu sering hingga ia tak mengubrisnya lagi, atau ia terlalu sibuk dengan urusannya yang lain hingga ia tak tau aku sudah mengambil alih hp-nya. Perasaan cemburu mulai menggerogoti hatiku.

Aku sangat mengenalmu, aku juga cintaimu
Namun kau tak pernah ada pengertian
Ku senang ku sedih kau tak mau tau
Aku sangat mengenalmu, dulu kau tak begitu
Kau bintang dihatiku jadilah yang ku mau
Ku senang ku sedih kau ada denganku

Mungkin lima tahun tidak cukup untuk mengenali karakter seseorang. Ini tahun keenam aku dan Dirga saling kenal, tapi masih saja kami tak saling mengenal. Seperti yang terjadi sekarang.
Percakapan dimulai dengan mengirim kata-kata mutiara yang ku forward dri temanku tak lama ia membalasnya, tak seperti biasanya. Padahal ia selalu bilang kalau dia tak pernah membalas send all-an.

“Kata-kata sendiri atau ngutip tuh?”
“Ngutip, hehe, lagi apa?” balasku cepat
“Lagi galau, haha”jawabnya
“Galau kenapa?” aku bertanya serius
“Udah lah, sifat childish aku lagi muncul”
“Emang ada apa sih?” ia selalu membuatku penasaran
“Aku udah gak ada apa-apa lagi sama Vira. Itu masalahnya,” aku cukup kaget membaca pesannya, apalagi pada kalimat pembukanya.
“Emang selama ini ada apa sama Vira?’ rasa penasaranku mencapai titik klimaks.
“Sudahlah, tinggal kenangan.”
“Kamu nih kenapa sih? Aku cukup puas selama ini jadi orang yang gak tau apa-apa tentang temannya sendiri.”
Tak dibalasnya, aku tunggu dari pagi hingga sore namun tak ada namanya dalam daftar pesan masuk. Akhirnya aku coba untuk menghubunginya. Namun aku masih belum puas dengan jawabannya. Ia hanya membolak-balik pertanyaanku, membawanya ke topik lain, tapi tak berniat untuk menjawab.

Tidurku tak tenang malam itu. Entah kenapa kau memikirkannya yang mulai menutup diri dariku. Biasanya ada saja yang dia sampaikan padaku, mulai dari hal kecil sampai pada hal-hal yang besar. Kini ia bagai bersembunyi. Kurasa ia memang bersembunyi dari perasaannya. Perasaannya pada Vira yang mungkin belum bisa ia ungkapkan secara gamblang namun sudah tersirat dari setiap pesannya yang masuk.

Esokknya ku coba tanyakan pada Vira. Ia hanya menunjukkan telponnya, isyarat agar aku membaca pesan masuknya. Aku hanya bisa terpaku, tanganku memainkan tombol-tombol keypad untuk mengetahui kelanjutannya. Yah hatiku sedang biru, teman. Dirga telah menyatakan perasaannya pada Vira. Tapi setelah itu ia mengucapkan selamat tinggal, entah apa maksudnya.

Tanpa sengaja bibirku mengucap, “Kamu tuh udah buat aku…”
‘Teng..teng..teng..’ bel sekolah berbunyi, aku bergegas menuju kelasku meninggalkan Vira dengan kata-kata yang tak sempat ku lanjutkan. Yaa…jika dipikir-pikir ini ada baiknya. Walau sakit, tapi aku tau kenyataannnya. Aku tak perlu lagi menunggu Dirga dengan sejuta ketidakpastian. Aku hanya perlu melepaskannya dari hari-hariku, aku hanya tinggal membiasakan diri. Semoga aku bisa melakukannya

Untuk Dirga dan Vira, terimakasih karena membuatku benar-benar merasakan arti persahabatan dan cinta bersatu dalam gejolak emosi remaja.

Sekarang aku tersadar
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi


20 Nov 2011 dan 23 Apr 2012

Pemujamu yang Pengecut


Ini benar-benar hari perpisahan
Kita. Aku dan kamu
Dan hingga kini aku masih jadi pemujamu yang pengecut
Yang selalu melihatmu dari sisi yang tak kau ketahui
Mataku tak henti mengikutimu kemanapun kau pergi
Aku bisa menangkap rona bahagiamu walau tak bersamaku
Aku dapat mendengar suara merdumu walau kau berada jauh dariku
Aku dapat melihatmu tersenyum tertawa bercanda dari sudut yang tersembunyi
Dan aku menikmati itu

Ingin ku berkata, “Hey aku disini!” namun aku tak kuasa
Menatapmu wajahmu dari kejauhan sudah cukup, kurasa
Inginku seperti mereka
Yang kau datangi tempat duduknya
Yang kau abadikan gambarnya
Yang kau ajak bercanda
Yang bisa tertawa bersamamu
Yang bisa membuatmu nyaman

Namun aku hanyalah pemujamu yang pengecut
Yang iri ketika kau bersama mereka
Yang ingin marah namun tak punya hak
Yang selalu ingin kau perhatikan seperti yang ku lakukan padamu
Aku hanya bisa melampiaskan lewat rangkaian kata-kata ini

Aku, satu dari sekian banyak pemujamu
Aku tak mungkin bersaing dengan semua pemujamu
Ah, lagipun aku tak mungkin milikimu, terlalu tinggi khayalku
Menyentuhmu dari duniaku sudah cukup, kurasa

Aku pemujamu yang pengecut
Yang bersembunyi ketika kau berpaling
Yang mengalihkan diri ketika kau memandang
Yang berpura sibuk sendiri ketika kau mendekat
Hanya lambaian tangan dari kejauhan yang bisa ku sampaikan
Semoga kita berjumpa lagi

tertanda,
pemujamu yang pengecut

Minggu, 22 April 2012

Selamat Pagi

Bolehkah ku ucap selamat pagi
Pada nyawa yang masih mencari raganya
Pada embun yang hiasi mata
Pada mentari yang bangkitkan gelora

Bolehkah ku ucap selamat pagi, untukmu
Yang telah lama tak ku temui
Yang dulu hadirkan senyum kala pagi
Yang pernah jadi penyemangat hari

Masih bolehkah ku ucapkan itu
Padamu yang telah temukan sosok baru
Yang selalu ceriakan harimu

Tinggal Nama

Upacara Senin itu berlangsung khidmat. Dengan dinaikkannya sang saka merah putih ke puncak tertinggi pertanda perjuangan para pahlawan tak sia-sia. Disambung amanat dari pembina upacara tentang perbaikan mutu sekolah dan ditutup dengan pembacaan doa. Semua berlangsung biasa. Kecuali yang terjadi setelahnya.

Setelah barisan dibubarkan, semua siswa beranjak dari tempat mereka berdiri dan mulai memasuki kelas masing-masing. Ada sedikit waktu tersisa yang dimanfaatkan untuk mendinginkan diri dari hawa panas yang menyengat pada saat upacara. Tak lama kemudian guru-guru mulai berjalan memasuki ruang kelas untuk mentransfer ilmu yang dimiliki pada bibit muda penerus generasi bangsa.

Di ruang paling ujung, dibarisan bangku paling belakang terlihat seorang  gadis sedang sibuk sendiri. Disaat semua perhatian tertuju pada penjelasan tentang teorema faktor, ia malah sibuk membongkar-bongkar tasnya. Mukanya gelisah, tangannya masih mengeluarkan barang-barang yang ada didalam tasnya.

            “Aduh..mana ya?” Ia masih merogoh isi tasnya.

            “Perasaan tadi bawa deh,” gumamnya lagi.

            “Apa sih, Ni?” Tanya teman sebangkunya.

            “Laptop!” Serunya.

            “Kenapa laptopnya?” Tanya temannya lagi.

            “Gak tau nih. Tadi pagi masih ada di tas, abis upacara udah gak ada.”

            “Hah? Yang bener aja?” Oni hanya mengangguk. Kini mereka berdua semakin ribut dan memancing gurunya unutuk menegur anak didiknya.

            “Oni, Lia, kenapa kalian ribut daritadi?” Hardik Bu Rahma.

            “Laptop Oni hilang, Bu!” Lapor Lia.

Lalu Oni pun menceritakan detail kejadiannya. Ia juga langsung menelpon orang tuanya dirumah memastikan bahwa dia benar-benar membawanya. Diseluruh penjuru rumah, baik di kamar, di lemari, di tempat tidur, di ruang tamu, di meja maka, di meja belajar, di keluarga, di dapur, di kolong-kolong, bahkan dibelakang pintu sudah diperiksauntuk hasil yang sia-sia. Suasana kelas berubah dari serius menjadi riuh.

Sekarang semua sibuk mencari. Oni benar-benar lemas kali ini. Dia tidak tau harus bersikap bagaimana. Barang itu belum sepenuhnya ia miliki. Ia baru memegangnya selama sembilan bulan dengan tagihan yang harus dibayar hingga setahun. Dan kini ia harus membayar sesuatu yang tidak ia miliki lagi. Upacara Senin itu menjadi pemutus hubungannya dengan barang miliknya yang berharga. Pikirannya melayang jauh ke angkasa. Raganya hanya terdiam ditempat.

            “Oni!” Lia mengguncang tubuh Oni.

            “Iya,” jawabnya lemas.

            “Tuh polisi datang! Temuin sana, mereka minta keterangan dari kamu.” Lia mendorong Oni kehadapan para polisi. Setelah meminta keterangan dari korban, lelaki-lelaki gagah itupun mulai memeriksa ruangan untuk penyelidikan. Oni hanya bisa terdiam menyaksikannya.

Ia masih tak habis pikir bagaimana benda sebesar itu bisa lenyap dalam penjagaan di lingkungan sekolah. Apalagi para guru yang menghampirinya mengatakan bahwa mereka selalu melihat keadaan sekitar selama upacara berlangsung. Oni salut pada pencuri yang bisa lolos dari ketatnya penjagaan sekolah, pastinya sang pencuri sudah tau seluk beluk sekolah ini. Ia juga salut pada seseorang yang berani mencuri. Ia sudah banyak melanggar norma yang berlaku. Norma agama sudah pasti, mencuri adalah perbuatan tercela yang akan dikenai dosa.  Lalu norma kesopanan, karena ia sudah mengambil barang milik orang lain tanpa izin pemiliknya. Dan ia juga melanggar norma hukum, karena mencuri adalah perbuatan yang melanggar hukum di negara ini.

Siangnya Oni memberanikan diri pulang ke rumah dengan muka yang cukup resah. Apa kata orangtuanya tentang kejadian ini. Apakah Oni juga hanya akan tinggal nama seperti laptopnya. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Oni. Dan seperti yang sudah dibayangkan, orang dirumah menyambutnya dingin. Oni hanya pasrah saat itu, karena memang dia yang salah membawa laptop itu hingga tinggal nama.

 Ini pelajaran buat Oni untuk selalu menjaga barang miliknya. Walaupun dilingkungan yang dirasa cukup aman. Oni berjanji untuk menjaga semua barang miliknya yang masih ia miliki. Kini ia harus menerima kenyataan pahit untuk membayar tagihan pada saat barangnya sudah tiada.



4 Februari 2011

Undelivered Letter

Surat ini ku tulis menjelang hari perpisahan kita
Surat yang akan tersimpan rapi dalam buku harianku
Surat yang takkan pernah ku kirim padamu
Karena aku terlalu pengecut di hadapanmu

Untukmu yang masih ku panggil teman
Seseorang yang aku tatap dari balik pintu
Sambil berharap kau menyadari kehadiranku

Untukmu yang baru ku kenal
Namun aku bisa menjawab semua tentangmu
Sambil berharap kau juga bisa begitu

Seseorang yang selalu ingin ku sapa
Namun aku takut kau tak membalas
Seseorang yang ingin ku ajak bicara
Namun aku takut kau menolak 

Ku ingat senyum manismu, walau bukan untukku
Ku ingat tawa lepasmu, walau tak denganku
Ku ingat candaanmu, karena kau selalu begitu
Dan akan selalu begitu

Aku hanyalah sebagian kecil dari para pengagummu
Aku yang tak mau bertemu denganmu
Aku hanya tak ingin terlihat olehmu
Karena aku tidak mau kau melihat airmataku
Ketika tiba saatnya untuk berpisah

Jumat, 20 April 2012

Karena Mimpi

Selama bumi masih beputar
Selama mentari sanggup bersinar
Selama kata dapat terlontar
Selama kita masih bisa bersandar
Tak ada yang berani mengambil mimpi
Karena mimpi sesuatu yang hakiki
Semua orang boleh memiliki
Dan tak ada yang boleh membatasi
Mentari takkan pernah mati
Selama harapan terus abadi



(coretan tangan 3 tahun lalu yang masih tersimpan rapi dalam lemari)

Curahan Hati Seorang Teman

Tak pernahkah kau coba pahami perasaan orang yang kau sakiti
Kau berbicara sesuka hati seenak pikirmu sendiri
Dimana kalmu, dimana hatimu
Mulutmu tajam, pikiranmu kusam
Membunuh setiap orang dengan pedang yang usang
Takkah kau sadari hukum karma kan berlaku
Pada setiap orang yang bertindak belagu
Tak punya kuasa bukan berarti kami pembantu
Dimarahi majikan hanya menunduk lesu
Beraninya kau hanya apabila berkelompok
Selalu berulah tak pernah kapok
Bila kami berkelompok kau tiba-tiba jadi mogok
Ngakunya shock tapi dibelakang masih jadi fox
Kalau kau sejati ayo hadapi kami sendiri tanpa massa mendampingi
Jangan cuma bisa nyindir lalu pergi
Karena yang kami butuhkan adalah solusi
Dulu di hadapan kami kau manis
Kini kau bermulut lantis tak peduli depan belakang kau hajar habis
Ingat kawan yang benar adalah kebenaran
yang abadi adalah ketulusan
yang tak pernah mati adalah persahabatan
cam kan itu, gan!



09 Okt 2011
it's all about friendship

Aku kah?

Kau alasanku berkata
Aku kah yang buatmu membisu?
Kau ajarkanku bertahan
Aku kah yang buatmu memaku?
Kau menarik senyumku
Aku kah yang geraikan air matamu?
Kau hadirkan mimpiku
Aku kah perusak kenyataanmu?
Kau bangkitkan semangatku
Aku kah si pelemah itu?
Kau  terindah
Aku kah penghancur?
Kau pelangi
Aku kah badai?
Kau buatku mengerti makna satu kata
Aku kah yang salah menafsirkan?



05 Nov 2011
 for Heiji Hattori my alter ego

Minggu, 08 April 2012

H-7

seminggu menjelang ujian akhir nasional
aku dalam masa kekhawatiran
persiapanku belum begitu matang
masih banyak yang harus kupelajari
masih banyak rumus yang belum ku pahami
masih banyak hewan dan tumbuhan yang harus ku hapal
masih banyak kosa kata bahasa asing yang harus ku tau
Hhh..aku hanya bisa menghela nafas
janji-janji belajar kelompok banyak tak terpenuhi
padahal jika sendiri aku jarang menyentuh buku
ujung-ujungnya tergoda membuka sosial media
melihat tumpukan buku di atas meja
mendengar mereka memanggil-manggil namaku untuk membacanya
tapi deringan handphone terlihat lebih menarik
dengan pesan-pesannya yang meminta untuk dibaca

seminggu menjelang hari penentuan
mesti menghentikan acara jalan-jalan
aku harus bisa melupakan sosial media
harus jauh dari handphone untuk sementara
harus tahan jika laptop dibuka
aku harus belajar meski tak berkawan
karena ketika ujian kita juga tidak bersama kawan

aku ingin mendapat nilai yang memuaskan nantinya
yang bisa membuat ibu dan ayah bangga
yang bisa membuatku tersenyum bahagia

mohon doanya :)

Sabtu, 07 April 2012

Loving You - d'Cinnamons

Ring ring
Its you again
Heart popz!
I loved to hear you
It's been all day I've been waiting for you

Hello...you call my name
So much story you shared with me
You said a lot to me about
Girls...oh it's so nice

And every beauty thing they did to you
Don't stop and tell me more...

Coda:
Loving you its hurts sometimes
I'm standing here you just don't by
I'm always there you just don't feel
Or you just don't wanna feel
Don't wanna be hurt that way
It doesn't mean I'm giving up
I wanna give you more and more and more

Knock-knock
You came around
Heart popz!
I love to see you
It's been two years since I'm in love with you

Bam! bam!
You break my heart
You said “girl, I'm in love with her..”
But it's all right I'm still alive
Yeah.. Oh..

And all the beauty thing she did to you
Don't stop and tell me more

Back to coda

And when I see that smile upon your face...
Deep in your eyes you had it all

And when I hear you super electrical voices
Ooh yea

Mengapa Ini yang Terjadi

 23.12.2011

Sungguh, aku gak pernah ngebayangin bakalan ada kejadian seperti ini. Ku kira hidup ku bakalan datar-datar aja. Gak pernah terbesit pikiran kayak gini nih. Aku mulai meragukan arti cinta dan sahabat. Aku tak bisa membedakannya.
○ ○ ○

Aku berpikir mungkin seharusnya aku memang tak pernah mengenal sosok itu. Ia selalu membangkitkan rasa sakit tanpa pernah mencoba untuk mengobatinya. Walau harus ku akui ia memang pernah membuat hari-hariku terasa begitu berwarna dan bermakna. Namun ia tetaplah seseorang yang sekarang ini masih membuat lubang di hati dan aku masih belum bisa menutupinya. Perih yang tak tertahankan namun harus ku tutupi.

Hahaha aku selalu mentertawakan kebiasaan burukku yang bisa membuat aku merasakan sakit yang luar biasa dalam. Membuka inbox orang! Tangan ini bisa cepat tanpa diperintah membuka bagian private bagi hampir kebanyakan orang. Kali ini ketika Vira sedang duduk belajar memainkan gitarnya aku meminjam handphonenya dan mulai mendengarkan lagu. Tanganku tak tahan untuk tidak membongkar inboxnya.

Dirga.
Dirga.
Dirga.
Baru awal ku lihat hampir semua pesan masuk berasal dari Dirga. Melihat daftar panggilan masuk dan keluar, tetap ada satu nama, Dirga. Aku mulai berpikir, bagaimana bisa Dirga menghabiskan setiap waktunya untuk Vira sedangkan semua pesanku hampir tak pernah dibalas oleh Dirga. Oke, aku sadar aku gak seasyik Vira. Ku lanjutkan membaca. Ya Tuhan, serasa ada yang menghimpit dadaku yang menyebabkan aku kesulitan bernafas. Saat itu ingin rasanya ku berteriak dan mengapresiasikan perasaanku, namun suaraku tercekat. Aku hanya bisa duduk memaku membaca kalimat demi kalimat yang ku anggap sebagai kalimat pembuat galau tahun ini. Sepertinya untaian kalimat itu tiak perlu kujabarkan karena sudah ku mengerti artinya : Mereka menyukai satu sama lain!

Entah sudah ada status resmi atau hanya baru menjajaki masa-masa yang kata orang begitu indah, masa PDKTan. Semakin lama aku berada disini, aku merasa semakin susah pula aku bernafas. Aku memutuskan untuk meninggalkan tempat itu beserta puluhan pesan yang belum sempat kubaca, namun ku tau pasti isinya.

Setelah kupahami ku bukan yang terbaik yang ada di hatimu
Tak dapat kusangsikan ternyata dirinyalah yang mengerti kamu
Bukanlah diriku

○ ○ ○
You turn my whole life so blue. Drowning me so deep, I just can reach myself again.
You successfully tore my heart. Now it’s only pieces, nothing left but pieces of you.

Aku tak tau kemana harus ku melangkah. Aku begitu rapuh dihadapkan dengan hal-hal seperti ini. Image ku sebagai cewek strong seketika lenyap hanya gara-gara membaca pesan singkat. Ia berhasil mematahkan karang itu dan tak berusaha untuk menumbuhkannya kembali.

Aku memacu kendaraanku dengan kecepatan di atas rata-rata. Dalam hidupku, ada dua alasan kenapa aku mengendarai kendaraanku dengan kecepatan di atas normal. Pertama, ketika aku dikejar waktu. Kedua, ketika aku sedang memendam perasaan sakit namun aku tak bisa berteriak untuk menumpahkannya.

Aku sedang dalam keadaan labil. Satu detik aku bisa begitu menyukai seseorang, di detik berikutnya aku bisa membencinya setengah mati. Saat ini logika tidak berjalan. Saat ketika sahabatmu sendiri sedang berada dalam posisi nyaman dengan seseorang yang telah lama jadi inceran kamu.

Ku ingin marah pada siapa, namunku hanyalah sendiri disini.
Ingin ku ungkapkan pada siapa saja yang ada bahwa hatiku kecewa.

Otakku lagi gak bisa berpikir jernih, aku menyalahkan Vira dengan semua kehebatannya. Aku menyalahkan Dirga dengan semua sifat cowoknya. Aku menyalahkan diriku sendiri yang mengenalkan mereka berdua pada suatu kesempatan. Aku menyalahkan siapa saja yang berhubungan dengan mereka.

Sengaja aku tak menghubungi keduanya beberapa hari ini. Mencoba membuat mereka mencari diriku, tapi ternyata tidak. Aku ditinggalkan dalam kesendirian. Aku..aku..aku benci mereka, tapi aku tak bisa memungkiri bahwa aku masih butuh mereka.

Sehari..Dua hari..Lima hari..Seminggu.. teras begitu lambat, aku benar-benar ngerasa waktu seminggu kayak udah berbulan-bulan aku gak komunikasi sama Dirga. Terpaksa aku harus mengikhlaskannya walau sebenarnya aku tak sanggup.

Kuputuskan menceritakan masalah ini pada Tama. Tama sebenarnya sejenis makhluk anti-sosial yang selalu berkutat di depan gadget-gadgetnya. Tapi hebatnya ia sudah jadi pangeran di hati kekasihnya. Dengan gaya sok nya ia berkata, “udah ikhlasin aja orang itu.”
Aku juga udah berusaha mengikhlaskannya dari kemaren Cuma gak bisa-bisa
“Ya udah, cari pasir terus guling-guling aja di situ,” wajah kusutku seketika berubah, aku tak dapat menahan tawa atas ucapannya. Salah satu guru kami pernah bercerita kalau kalian marah, maka cara terakhir untuk meredam amarah kalian adalah berguling-guling di pasir ketika matahari sedang bersinar terik.
“Yah, sebenarnya aku ingin mencoba cara itu, tapi aku gak nemuin pasir,” jawabku asal.
“wkwkwk” eh, kok dia malah tertawa, mentertwakan kesusahanku? Huh!
Dia suruh aku tidur aja dulu buat tenangin pikiran siapa tau besok masalahnya hilang sendiri, walau tak yakin, kuturuti juga nasihatnya.

Esok paginya aku bangun dengan perasaan sedikit lebih tenang, buka hp, baca sms-sms yang lalu jadi teringat lagi, akhirnya aku kirim pesan ke Tama
“Aku udah tidur, tapi keinget lagi masalahnya, aku gak nemuin pasir nih buat guling-guling.”
“Ya udah, ambil tali ikat ke pohon,” balasnya simple.
“Hmmh :( jahat..mau nyuruh aku bunuh diri.”
“Udah lah, coba masalah kayak gitu gak usah dipikirin, kalo dia gak mau ngehubungin kamu gak perlu lah kamu capek-capek ngurusin dia”
“Tapi dia yang biasa menuhin hari-hari aku”
“Santai aja mamen :)
“Gimana caranya santai?”
“Udah buang aja orang itu, sesuatu yang mencapai titik puncak akan mengalami penyusutan pada akhirnya.”

Sepertinya ada yang berbeda dari perasaanku, perasaan nyaman seperti….
Ah..sudahlah, dia sahabatku, dari dulu hingga sekarang dia sahabatku. Dan akan tetap begitu.
○ ○ ○

“Bantuin aku cari tugas dong :(” malam itu ia membangunkanku yang tengah asyik menggeliat di kasur, aku coba buka laptop dan mengkoneksikannya ke internet. Ternyata gagal terus.
“Gimana mau bantuin, koneksi modemnya putus nih” segera ku balas pesannya.
“Gimana ya cara ngerjain tugas tapi gak perlu keluar rumah?”
“Kenapa gak boleh keluar? Padahal mau ngajakin hotspotan nih” jawabku asal.
“Hotspotan dimana?” sepertinya dia antusias.
“Deket rumah aku lah” padahal aku gak tau dimana.
“Aku minta uang dulu ya sama mama aku, kalo dikasih aku kerumah kamu, biasa sih gak dikasih.” Aku berpikir ni anak kan sering bercanda, gak mungkin deh dia dikasi uang terus pergi jauh-jauh dari rumahnya ke rumahku hanya untuk hotspotan, emangnya di deket rumahnya gak ada apa, hehe, tapi aku tersentak kaget ketika hp ku bergetar, “Aku ke rumahmu sekarang ya, assalam.”
HA?! Aku beneran kaget! Beneran nih mau datang? Jarak rumah kita lumayan jauh lho dan ini malam. Hah gimana nih? Aku bingung sendiri jadinya. Abisnya aku kira hanya bercanda dan kini aku berada di kamar mandi mengharumkan badanku. Beberapa menit kemudian aku sudah rapi wangi dan berseri menunggu kedatangannya. Sebelumnya aku tanya sama temenku tempat hotspotan yang enak tuh dimana, abisnya tadi aku cuma asal ditanggepin antusias. Aku kan sebenarnya gak tau apa-apa tentang tempat hotspot di deket rumahku, aku jarang banget keluar abisnya.
“Kita ke warnet aja y?” pesanku, entah kenapa aku tiba-tiba malas bersama orang keramaian di tempat hotspotan.
“Gak ah, k tempat hotspotan aja, sebentar lagi aku nyampai.”
“Iya deh.” Kuturuti kemauannya kali ini.
“Eh, aku lupa lagi nih rumah kamu,” selalu begitu, gak pernah hapal rumah orang padahal udah berkali-kali kesini, tapi berkali-kali juga nyasar sampai belakang.
“Aku keluar sekarang.”
○ ○ ○

Akhirnya kami sampai juga di warnet, setelah ia merasa tak nyaman melihat café itu. Hanya ada satu pc yang nganggur, akhirnya aku berdua dengannya. Untungnya bilik itu lumayan luas sehingga aku tidak merasa risih. Dia memulai pencariannya dan aku merengek minta download-in lagunya The Red Jumpsuit Apparatus yang Your Guardian Angel.

Ku tatap matanya, aku menyesal karena aku terhanyut dalam sorot matanya. Ku alihkan pandanganku namun aku tak mampu menghilangkan tatapannya. Aku merasa nyaman berada di dekatnya. Perasaan apa ini? Aku mencoba mengutuki diriku sendiri karena dia sudah ada yang memiliki. Aku tidak mau menjadi duri dalam daging. Tapi aku merasa nyaman.

Teman ada yang ingin ku sampaikan. Namun ini tak pantas untuk kau dengar. Ku ada di tempat yang salah karena di butakan cinta.
Yang kau lihat tak seperti yang kau lihat. Semua telah terjadi di luar kendaliku. Jika bisa kuarahkan saja cinta ini ke lain cinta.
Maafkan aku mencintai kekasihmu, kekasihmu. Namun ku tak ingin menjadi penyebab kehancuran antara kau dan dia.

○ ○ ○
Detik ini aku tersadar, aku salah! Aku bersalah pada Tama, menjadikannya seperti pelarian yang coba aku paksakan megisi hari-hariku, tapi tak bisa, ia harus mengisi hati seseorang dan itu bukan aku. Rasa nyaman itu timbul karena aku merasa ia mengisi lubang itu padahal ia hanya berdiri di depan dan menyamarknnya. Ia punya kehidupannya sendiri yang tidak bisa kusentuh. Aku khilaf.

Aku bersalah pada Vira dan Dirga. Aku tak punya hak untuk mengatur mereka, aku bukan siapa-siapa. Mereka berdua punya hati yang harus diisi dan aku tak berhak menentukan siapa yang berhak dan yang tak berhak mengisinya. Mereka punya kehidupan pribadi yang seharusnya tak ku jamah. Aku khilaf.

Aku bersalah pada diriku sendiri. Aku membiasakan diri bersandar pada seseorang yang sebenarnya mempunyai beban yang berat di pundaknya. Aku harus bisa berdiri sendiri, aku akan bangkit dan tak berharap siapapun. Kelak akan datang penggantinya, ku yakin ‘kan lebih indah yang pernah ada :)

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead,

Kamu

Kamu, akan selalu menjadi sesuatu
yang aku ceritakan pada Tuhan 
sambil tersenyum :)

tapi kamu jua yang buat
bening jingga di mataku
dan biru di hatiku :(

Saat Kita Tak Lagi Bersama

Saat kita tak lagi bersama
Tak ada lagi kartu box di atas meja
Tak ada lagi buku di atas paha
Tak ada lagi hape di bawah meja
Tak ada lagi ngumpet di kolong meja
Tak ada lagi suara binatang menggema
Tak ada lagi yang menggoda guru mtk
Tak ada lagi yang jatuhin pulpen tiba-tiba
Tak ada lagi gossip di istirahat pertama
Tak ada lagi laptop dan permainan bola
Tak ada lagi malas-malasan pas liat fisika
Tak ada lagi wejangan di pelajaran bahasa
Tak ada lagi puisi "sate kelinci" dan "salah siapa?"
Tak ada lagi kata-kata "nak mane nak mane ko? ha!"
Tak ada lagi yang menjerit saat nonton bersama
Tak ada lagi yang duduk mojok berdua
Tak ada lagi yang lari-lari cari kunci motor di waka
Tak ada lagi yang sibukin jerawat di muka
Tak ada lagi yang jadi bahan untuk tertawa
Tak ada lagi yang bilang "ya ya ya"
Tak ada lagi yang panggil "atikaa" atau "chillaaa"
Tak ada lagi yang lempar spidol ke pak ketua
Tak ada lagi ngoreksi latihan ma ulangan sama-sama
Tak ada lagi yang bawa nama-nama keluarga
Tak ada lagi yang tidur saat pelajaran
Tak ada lagi bom atom dari belakang
Tak ada lagi suara-suara kebun binatang
Tak ada lagi editan foto
Tak ada lagi yang bilang "nang nang jak ko"
Tak ada lagi yang adu mulut sampai dijodohin
Tak ada lagi ketika kita sudah tak bersama


XII IPA3 The Secreet