Lemas, aku merasakan tulang tulang kakiku lepas. Aku terduduk tak berdaya, ku pandangi genangan darah di hadapanku. Pengemudi itu membawa lari mobilnya, juga kakiku.
Hari-hari ku sudah antiklimaks. Aku merasa berada di tingkat kejenuhan paling akut. Aku ingin berlari, tapi ku tak bisa. Bukan karena aku pengecut, tapi aku sudah lupa bagaimana caranya. Sudah lama aku tidak merasakan nikmatnya punya kaki.
Bagai matahari di tengah guyuran hujan, aku membuat semuanya membenciku. Bahkan aku membenci diriku sendiri yang hadir di tengah mereka. Hanya menyusahkan. Aku terlalu takut untuk menghindar dari mereka, setidaknya semenjak kakiku tak ada.
Aku rindu berlari di luasnya padang rumput. Aku rindu menari dibawah rinai hujan. Aku rindu mengitari pelangi. Aku rindu membuat kecipak air di pinggir kolam. Aku rindu berloncatan menggapai awan. Aku ingin melakukannya lagi, ketika rumah sakit mengadakan acara donor kaki.
Sepertinya sudah terlambat untuk mengatakan maaf. Percuma bilang maaf tapi tak ada yang diperbaiki. Kata maaf tidak akan mengembalikan semuanya. Lukaku, dukaku, sepiku gak bakalan terobati dengan satu kata. Ku hargai keberanianmu untuk jujur padaku. Tapi apa dengan kejujuranmu kakiku bisa kembali?
Kau takkan bisa menyuapku dengan berpura menjadi pahlawan dengan melunasi semuanya. Kau mencoba melunakkan hatiku. Aku bukan seperti coklat yang cepat meleleh jika diberi panas, aku takkan cepat luluh walau apapun yang kau berikan.
Hanya mengganti biaya operasi? Kalau bisa kau ganti kaki ini dengan yang sama seperti sebelumnya. Bukan yang hanya mampu untuk berdiri, namun yang juga bisa merasakan sentuhan hangat tanah dan kerasnya injakan dunia.
Kasihan anak-anakku kelak. Mereka hanya bisa terdiam, tertunduk lalu menyesal mempunyai ibu sepertiku. Mereka akan marah padaku karena mereka tak bisa merasakan nikmatnya surga. Karena kakiku diamputasi.
Info yang bermanfaat...
BalasHapusJangan lupa kunjungan baliknya gan :)
http://anggarafd.blogspot.com