Minggu, 08 September 2013

Kita Tak Mungkin Tiga

Sedotan itu sudah berubah bentuk sejak pertama kali ia gigit. Tangannya masih menggenggam tanganku yang duduk di hadapannya. Matanya tak lepas melihat jauh ke dalam mataku, walau beberapa kali ku coba menghindar, ia tetap menjelajahi isi mataku. Sepertinya ia sudah menemukannya, semak di mataku berhasil ia singkirkan dan menemukan telaga bening yang sebentar lagi akan tumpah karena ia terus memasukkan kata-kata yang ternyata memiliki massa yang bisa menumpahkan volume air bening di mataku.
Aku masih diam tak bicara. Masih mengalihkan perhatian dengan tak melihatnya. Namun telingaku tak mau diajak kompromi. Telingaku masih setia mendengarkan setiap kata yang ia utarakan. Dari telingaku lah perlahan pelupuk mataku mulai membasah, kepalaku mulai merasakan pusing berkepanjangan, tanganku tak henti mengeluarkan keringat dingin, hatiku seperti yang sudah-sudah, selalu merasa ada yang berbeda setiap nama itu disebut.
Ia masih menggigit sedotan, jus oreo favoritnya tak mampu ia habiskan, terlalu manis di lidah, padahal pahit. Kata-katanya masih terngiang, "Kalau sekarang mungkin aku hanya bisa melepaskannya setengahnya, tak sepenuhnya. Lain ceritanya jika kamu sampaikan beberapa bulan lalu." Setengahnya. Sepenuhnya. Sesungguhnya aku tau kemana arah pembicaraan ini. Namun bukan itu yang aku maksud. Setengah, sepenuhnya atau bahkan tak sama sekali bukan hakku. Aku tak meminta itu. Bibirku masih kelu, terlalu lama terdiam ia jadi mengartikan sendiri apa yang kurasakan. Tak sepenuhnya benar, tapi sebagian besar iya. Karena kita sudah terbiasa bersama, mungkin ada bagian dari diri kita yang menyatu atau mengirimkan sinyal kepada bagian lainnya bagaimanapun caranya.
Aku terlalu lelah berkata, padahal tak sedikitpun mulutku terbuka. Otakku penuh kalimat yang daritadi mondar-mandir menunggu giliran untuk dikeluarkan. Namun tak ada satupun. Ia masih tak mengerti. Bukan karena itu, bukan karena kita menyebut satu nama lelaki yang sama dalam setiap pembicaraan. Bukan karena kau sudah dekat dengannya lantas kau bilang akan melepaskannya sepenuhnya, atau untuk sekarang, sebagiannya untukku. Bukan itu. Bukan.
Aku masih terdiam. Bahkan saat sore pun masih ada embun, di mataku dan ia masih belum sepenuhnya mengerti. Padahal kita tidak mungkin tiga.

Sep 7, 2013 11:11pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar