Resemblance
26 Juni 2012
I’ll be there as soon as I can, but I’m busy mending broken, pieces of the life I had before.
(Unintended-Muse)
Gimana sih rasanya kalau orang yang kamu sayang tiba-tiba menghilang? Pasti sedih banget kan, satu rasa yang sudah pasti, rindu. Kamu pasti bakal rindu banget sama dia. Serindu ilalang kepada angin, serindu pungguk kepada bulan, serindu pelangi kepada malam. Mereka pasti akan tetap bertahan pada rindunya. Tapi kita kan manusia, seenggak warasnya manusia kalau udah kayak gini mereka pasti pengen cepat-cepat mengakhiri kerinduannya, entah dengan cara apapun, mencari kesibukan lain, mencari teman untuk berbagi, mencari tempat pelarian, pokoknya macam-macam asal kerinduannya kepada seseorang ini bisa teratasi, bahkan kalau bisa melupakan seseorang itu.
Nah gimana rasanya kalau kamu yang udah capek-capek berusaha melupakan dia dengan berbagai macam cara yang kamu sendiri mungkin gak mau melakukannya lagi, tiba-tiba muncul lagi dalam kehidupan kamu? Kesel, capek-capek usaha ternyata gagal. Seneng karena ternyata dia balik lagi. Atau malah gak tau perasaan apa yang merasuki dirimu. Seperti itulah diriku sekarang. Entah gimana ceritanya Dirga yang udah aku ikhlasin keberadaannya bersama Vira lalu aku berusaha mati-matian buat ngelupain dia bahkan hampir mencoba menjadikan seseorang sebagai pelarian, tiba-tiba aja tanpa rasa bersalah, tanpa beban, tanpa basa-basi dia datang lagi ke dalam kehidupanku. Dia gak tau apa dulu otakku sering kram karena dipaksa melupakan dia tanpa latihan terlebih dahulu. Terus sekarang hati aku jadi berlubang karena dulu kosong, tiba-tiba diguyur sama kehadirannya. Kalau aku ditanya tentang perasaanku sekarang, yah jujur aku bingung. Entah masih ada atau enggak kepingan hati ini tentangnya. Serpihan tentangnya sudah sajak dulu aku coba bersihkan dari hati ini.
Walau ku masih mencintaikmu. Ku harus meninggalkanmu, Ku harus melupakanmu. Meski hatiku menyayangimu nurani membutuhkanmu, Ku harus merelakanmu.
(Bukan Diriku-Samsons)
“Hai,” begitu ia memulai percakapan, menurut teoriku, dibalik kata hai terselip rindu yang mendalam. Karena setiap kali aku merindukan dia yang jarang menyapa, satu-satunya yang bisa ku lakukan hanyalah mengeluarkan jurus ‘hai’ itu. Anehnya, dia lebih suka membalas sms ‘hai’ku itu dibandingkan pesan-pesanku yang lebih berisi, kata-kata motivasi yang ku kutip misalnya. Jika aku memulai duluan, itu berarti aku beneran lagi kangen sama dia, tapi jika aku tidak menghubunginya duluan bukan berarti aku tidak kangen sama dia, aku malah berharap dia yang kangen sama aku dan menghubungiku duluan.
Sempat kaget karena rasanya sudah lama namanya tidak muncul di layar handphone. Rasanya sejuk banget liat hp bergetar terus ada nama dia. Seperti ada yang menetes membasahi hati lalu mengalir melalui aliran darah ke sekujur tubuh. Otakku langsung segar melihat pesannya. Seandainya saja dia meraskan itu. “Hai juga,” balasku secepat mungkin setelah sadar waktuku terbuang untuk melamun.
“Kayaknya udah lama banget kita gak cerita-cerita ya?” tanyanya. Sepertinya ia sedang mengalami suatu masalah, kalau udah ngomong gitu biasanya emang ada yang mau diceritain. “Kamu nya aja yang sombong, gak pernah mau cerita sama aku,” timpalku tanpa rasa canggung lagi.“Iya yah,” katanya membenarkan. “Dulu sih emang ada yang nemenin aku setiap hari, tapi sekarang udah hilang kemana tuh orang, jatuh di jalan kali, Gis,” tambahnya lagi yang membuatku semakin yakin dia sedang bermasalah. Rada kesel juga sih sama dia, kalau lagi gak ada temen aja baru ngehubungin aku, emangnya aku tempat berteduhnya kamu, sewaktu hujan aja kamu datangin, terus kalau hari cerah kamu malah keliaran bermain sama temen-temen kamu dan tak sedikitpun menoleh kepadaku.
Di matamu aku tak berharga. Tak punyai arti apa-apa. Kau hanya inginkan ku saat kau perlu. Tak pernah berubah.
(Serpihan Hati-Utopia)
Tapi gak mungkin kan aku setega itu ngomong sama dia. Aku kan kenal dia bukan satu dua hari “Kenapa gak coba ngehubungin duluan?” selidikku mencoba meredam kekesalanku padanya, “Gak ah, aku aja udah gak dianggep, mungkin dia udah punya temen yang lebih dari aku.” Terus selama ini emang kamu gak gitu? Kamu kenal dia yang menurut kamu lebih dari aku, terus kamu ninggalin aku untuk ngedapetin dia. Emang selama kamu kenal dia, aku dianggep? Gak juga kan. Kau sering sibuk sama urusan kamu dan dia, tanpa memerdulikan perasaan aku yang sedikit demi sedikit retak.
Sembilan tahun lamanya tak ku duga jadi sia-sia. Ku berjuang demi cinta kini sudah tak ada artinya. Engkau telah berpaling jauh dariku. Engkau telah berpaling jauh dariku.
(Sembilan Tahun-Crossbottom)
“Kalo dua-duanya beranggapan kayak gitu yah gak bakalan kelar-kelar.” Solusi yang paling gak memberikan pengaruh, kata-kata ini dari jaman dulu udah eksis banget dalam setiap permasalahan. Ampuhnya kalau masalahnya adalah salah paham dan jarang digunain. Sekarang saking seringnya orang yang ngucapin tuh kata-kata baik di dunia nyata maupun di dunia persinetronan, jadi kayak gak berasa pengaruhnya. Apalagi yang sering punya masalah dan cerita ke banyak orang, rata-rata pasti jawabnya gitu.
“Udah aku coba, Gis. Tapi aku malah dicuekin. Mungkin aku juga salah terlalu nganggap dia lebih, mau digimanain lagi, jadiin kenangan manis jak lah.” Biarpun aku sudah tau kenyataan gimana perasaannya Dirga sama Vira, tapi setiap denger lagi pasti pikiran langsung kacau. Lagi, kamu buat dadaku sesak setiap kau sebut tentangnya. Terlalu nganggap lebih-nya Dirga masih menjadi pikiranku. Apakah hanya dia dan cuma dia yang kamu anggap lebih? Lebih apa? Lebih cantik, lebih baik, lebih perhatian? Memang bener sih, tapi kalau lebih sayang? Mungkin iya, aku juga sepertinya sudah capek hati, jadi aku gak mau mengumbar rasaku seperti dulu.
Dan akhirnya setelah bingung mau nulis apa, aku bisa menghasilkan kata-kata, “Jangan nyerah dong! Masa’ kamu baru digituin aja udah putus asa?” Sangat tidak menunjukkan keakraban sebagai seorang teman. Rasanya seperti aku baru ketemu dia lima menit yang lalu terus dia cerita masalahnya tiba-tiba tanpa aku tahu latar belakangnya, tanpa aku kenal dulu siapa dia dan sumber masalahnya, jadi cuma bisa kasih rangkaian kata-kata simpel dan berharap dia mengerti yang kumaksud.
Terlalu manis untuk dilupakan kenangan yang indah bersamamu tinggallah mimpi.
Terlalu manis untuk dilupakan kalau kita memang tak saling cinta takkan terjadi
(Terlalu Manis-Slank)
Situasi seperti ini membuatnya lebih cepat membalas pesanku, aku beranggapan yang ia tulis adalah apa yang ia rasakan, bukan yang ia pikirkan. Ia tak punya waktu lagi untuk memikirkan kata-kata yang akan ia tulis, “Kalau untuk yang ini, aku udah angkat tangan. Asli, aku kangen banget sama dia, kadang gak tau kenapa air mata aku ngalir gitu aja tiap ingat dia, aku cengeng ya?” ternyata kamu gak setegar yang aku pikir, kamu terlalu lemah, dia yang buat kamu lemah, aku gak suka liat kamu kayak gini, kayak bukan kamu yang pernah aku kenal selama beberapa tahun dulu.
Aku gak suka kamu yang sekarang, yang lemah cuma gara-gara kamu memimpikan sesuatu yang tidak demikian adanya di dunia nyata. “Ya udah bilang aja sama diri kamu sendiri, dia bakalan nyesel udah pernah gituin kamu. Kalau perlu bilang gitu aja ke dia. Kamu bisa dapat yang lebih baik dari dia, Dir. Kamu jangan jadi lemah gini dong!” Rangkaian kata yang sering kubilang pada diriku sendiri ketika kamu berpaling dariku. Dan kini aku bisa mengeluarkan sederet kata itu kepadamu yang dulu pernah ku rindu.
Ku harus melepaskanmu. Melupakan senyummu. Semua tentangmu tentangku hanya harap. Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku.
(Jauh Mimpiku-Peterpan)
“Tapi aku sayang banget sama dia, Gis, gak bisa semudah itu. Aku ngerasa special kalau ada dia.” Deg! Jantungku berdegup kencang. Perasaan apa ini, dadaku kembali merasa terhimpit, aku susah menghirup udara di sekitarku. Saat ini baru Dirga yang bisa buat aku begini. Ia layaknya hujan, indah disaksikan, apalagi jika kita bisa menikmati bulir-bulir yang jatuh, namun mita harus berhati-hati karena kemungkinan besar setelah kita puas menari dibawah hujan kita akan jatuh sakit. Entah itu panas, atau penyakit lainnya yang bisa kambuh karenanya. Ya, kamu itu ibarat tetesan hujan, indah namun menyakitkan..
Kali ini aku juga nyerah Dir, aku kayaknya gak bisa mempertahankan rasa yang aku miliki, aku sudah cukup sering sesak karenamu. Aku capek jika setiap kamu menyebut namanya ataupun tentangnya aku yang sakit. Daleeem banget rasanya, “Kayaknya dia juga punya rasa yang sama kayak kamu, mungkin dia mengabaikanmu karena dia gak mau terlalu sakit kalau kehilangan kamu ;)” Dari dulu juga aku udah coba mengikhlaskan kamu bersamanya, sudah letih aku berusaha, entah sudah berapa ribu cara yang aku coba, hampir berhasil ketika tiba-tiba kamu datang lagi. Menyakitkan.
Ada yang hilang dari perasaanku yang terlanjur sudah ku berikan padamu. Ternyata aku tak berarti tanpamu, berharap kau tetap disini, berharap dan berharap lagi.
(Ada yang Hilang-Ipang)
“Kalau kayak gitu ceritanya dia gak bakal sms aku bilang aku sok-sokan jadi dia males sama aku.” Kenapa kamu jadi bawa masalah kamu yang ini kepadaku sih, emang sih menurut kamu aku ini orang yang tepat buat nyampein masalah kamu itu, tapi aku bingung berada di pihak mana jika aku disuruh memilih. Aku bisa berada dipihaknya sebagai teman curhatnya, aku juga bisa membela Vira jika aku mau, bahkan aku bisa berperan antagonis yang bisa saja langsung memisahkan hubungan mereka berdua. Tapi aku tak mau melakukan itu, aku masih punya hati.
Aku tak terlalu mengerti kenapa Vira bisa berkata seperti itu. Entah itu makna denotasi atau ia memiliki makna kiasan, atau mungkin kode yang sebenarnya ingin ia sampaikan pada Dirga, salahnya aku bertanya pada Dirga, “Maksudnya sok?”
“Yah cukup aku aja yang tau maksud dia,” Yah dia selalu begitu, tak pernah menuntaskan rasa penasaranku. “Apa sih? Gitu amat,” sedikit kesl dengan perlakuannya yang selalu seperti itu.
“Ah udahlah jangan dibahas, kalau ingat dia, jadi pengen main gitar.” Yah..aku juga tau kok kalau kamu dan dia mahir memainkan salah satu alat musik paling populer di dunia itu. Kalian sama-sama menggemarinya, kamu suka music asli Indonesia sedang dia lebih memilih mendengarkan band-band luar negeri. Selera kalian memang berbeda, tapi kalian disatukan oleh musik. Vira jadi suka instrument Romance karena kamu kasih tau kamu suka alunan nadanya, dia sampai belajar sama teman-temannya untuk bisa memainkan salah satu soundtrack serial Endless Love dengan baik.
Buku sketsanya penuh tulisan tentang kamu, inisial nama kamu dan nama kontakmu. Sedang aku hanya bisa mengingat kamu dalam memori otakku, untungnya kamu “Aku rasa dia juga akan melakukan hal yang sama ;)” Agak semacam sesek sendiri sih nulis kalimat ini, mencoba membuat orang tegar padahal dalam sendirinya rapuh. Ada seribu makna dalam setiap senyuman. Makna tersembunyi yang hanya bisa diketahui oleh sang pemilik senyum.
“Gak mungkin, dia tuh gak pernah ngerasain apa yang aku rasain, dia pasti udah lupa sama aku, aku mungkin cuma dijadikan penghibur diwaktu dia sendiri, tapa gak apa, aku seneng kok uda pernah kenal dia, terus aku juga uda seneng bisa bahagiain dia dulu,” padahal kamu juga gitu kan sama aku. Kamu gak pernah juga ngerasain apa yang aku rasakan. Kamu kadang cuma jadiin aku penghibur kamu saat kamu sendiri, sekarang buktinya, kamu datang pas kamu lagi bermasalah aja sama dia. Terus kapan giliran kamu bahagiain aku? Mungkin aku gak masuk daftar, aku juga sudah tidak berharap lagi, karena berharap sama aku bikin aku cuma bisa ngerasain sakit.
When you cried I’d wipe away all of your tears
When you’d scream I’d fight away all of your fears
And I’ve held your hand through all of these years
But you still have, all of me
(My Immortal- Evanescence)
Kurang baik apa aku sama kamu, hahaha, agak sedikit narsis, “Kamu terlalu baik,” akhirnya tulisku. “Terlalu baik sampai diginiin” yah aku juga diginiin sama kamu. Yah sudahlah, aku pengen berusaha melupakan kamu lagi, setelah failed gara-gara kamu tiba-tiba datang. Usaha berbanding lurus sama gaya dorong untuk mencoba dan lamanya waktu mencoba. Ternyata kisah kita gak jauh berbeda yah, Dirga. Aku gak terlalu dianggap sama kamu, eh kamu nya juga digituin sama Vira. Mungkin suatu saat ketika aku punya waktu dan keberanian buat bicara sama kamu, cerita ini mungkin akan jadi bahan tertawaan kita :D
Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan. Mungkin akan kau lupakan atau untuk dikenang.
(Untuk Dikenang-Jikustik)