Siapa bilang aku tak melakukan apa-apa. Jarak telah memisahkan kita, apalagi yang kulakukan selain merindukanmu?
Tak sesederhana kelihatannya untuk membuat waktu menyatukan kita dalam doa-doa yang kita panjatkan. Namun tidak mudah bukan berarti tidak mungkin, kan?
Dan ketika para saudara lainnya saling bertukar perasaan kita hanya bisa terdiam. Hanya karena kita bersaudara lantas kau dan aku tak boleh saling memiliki rasa?
Haruskah aku berlari ke rumahmu tengah malam ini kemudian berteriak aku membutuhkanmu sehingga kau benar-benar percaya aku begitu?
Kamu tak benar-benar mengerti makna perpisahan ini. Kamu menganggapnya awal, tapi hatiku bilang inilah yang terakhir.
Ada saat-saat kamu begitu indah, tak tersentuh tak dimiliki. Cukup dengan menatapmu aku sudah puas mengagumimu.
Aku dan dia punya hak yang sama, diperhatikan olehmu. Aku dan dia punya kewajiban yang berbeda, aku merindukanmu, dia memilikimu.
Haruskah kita selalu menoleh ke belakang pada kenyataannya masa depan menyajikan hal-hal yang baru?
Aku bukannya terjerat dalam lingkaran masa lalu, hanya saja belum ada yang menggenggam tanganku dan membantuku untuk melepaskan bayang-bayang masa lalu.
“Are you jealous?” adalah pertanyaan paling sulit untuk dijawab. Dan kamu menertawakan ketika dengan tegas ku jawab “Yes” you get what you want?
Mending jadi anak kecil yang bersikap dewasa daripada jadi dewasa tapi tingkahnya melebihi anak kecil. So childish!
Kamu pikir dengan mengabaikanku aku akan meninggalkanmu? Jika kau berpikir begitu, kamu harus mengubah teorimu.
Aku akan tetap merindukanmu dimanapun aku berada, kapanpun itu, bagaimanapun caranya, dan apapun hasilnya.
Disakiti oleh harapan-harapan yang tak jadi kenyataan.
Hanya harapan lah yang dapat membuat kita bertahan hidup selagi cinta dan dunia mencampakkan kita.
Begitu kuatnya cengkraman masa lalu sehingga banyak yang belum bisa melepaskannya.
Haruskah ku culik dirimu di tengah kegelapan malam ini agar kamu mau meminjamkan waktumu barang sejam untukku?
Now you crush my heart, and my hope. You make all of mine into pieces. I just nothing.
Maafkan aku jika telah menghancurkan kepingan asa yang baru kamu susun lagi.
Aku sudah coba mengerti. Sejak aku datang aku coba mengerti kamu, tapi kenapa saat ku kan kembali kamu malah tidak membalasnya?
Kepercayaan, itu yang ku berikan padamu. Dusta, itu yang kamu kembalikan padaku.
Apa yang salah dari perhatian kepada saudaranya?
Duri ini masih menancap, kamu lupa menariknya kembali dari hatiku.
Bahkan untuk menyapa saja tidak bisa, apalagi bertukar kabar dan berbagi cerita.
Tenang, aku hanya perlu bersabar. Biasanya sih waktu memutar nasib.
Sekarang siapa yang teralu kepo? Aku, atau dia yang mengambil alih semua alat komunikasimu?
Aku bukannya kepo, hanya ingin tau saja keadaanmu.
Aku seperti kehilangan duniaku ketika kau memblock semua akunku.
Kamu terlalu lemah, kamu tidak bisa memilih antara aku dan dia, kamu tau kami rapuh.
Seharusnya memang dari awal kamu tidak hadir jika kahirnya kamu akan pergi.
Kita terikat darah jadi tidak bisa mengikat rasa.
Aku masih menunggu pesan darimu, aku takkan mulai duluan karena kamu ingin begitu. Tapi pesanmu tak kunjung datang, apakah kamu terlalu sibuk?
Jika waktu berputar lebih lama pasti satu jam kemarin terasa begitu indah dan mengesankan.
Sengaja ku ambil semua gambarmu untuk membuatku terlelap dimalam yang buatku semakin rindu.
Balasan dari semua perhatianku adalah pengabaian darimu.
Jika ada game “tahan rindu paling lama” mungkin aku adalah peserta pertama yang gugr.
Abcdefghijklmnopqrstvwxyz. Where are U? Hiding?
Jejak-jejak kehadiranmu masih membekas di hati ini, kamu harus tau itu.
Sayangnya kamu benar-benar tdak bisa terlepas oleh masa depanmu, padahal masa lalumu begitu menyenangkan.
Kita saling bertemu melalui pesan singkat. Sangat singkat, baru satu pesan kamu sudah mengakhirinya.
Usahamu menghubungiku sungguh berkesan, manis dan tak dapat dilupakan.
Kapan aku dan kamu bisa berdua tanpa terganggu oleh urusan-urusanmu yang penting itu?
Kenapa jadi masalah jiika sebenarnya itu hanyalah hal kecil yang tak perlu dipermasalahkan?
Aku lebih menyukai kamu yang dulu, yang tak pernah buatku merasakan rindu. Karena merindukanmu hanya membuatku merasakan perihnya kehilangan.
Mungkin angin sudah jenuh menyampaikan salam rinduku, aku hanya ingin kamu sebagai pengobat rinduku.
Mencoba mengakhiri rindu seperti berlari menuju kaki langit. Kau seperti melihatnya namun sebenarnya kau terus melangkah tanpa menemui akhir.
Kamu menyuruhku menunggumu menghubungiku duluan, sampai kapan aku harus menunggu? Kamu tak jua hadir.
Mengapa urusannya menghalang-halangiku? Memangnya gak punya hal lain buat diurusi?
Heboh benar tampaknya ketika menerima pesan dariku. Ada piring melayang dan hape tergeletak.
Cowok yang mengusap air mata yang jatuh dari seorang cewek tingkat kegentleannya meningkat 100%
Aku gak perlu kok disambut dengan muka perang itu, aku tau kapan akan beranjak pergi, mungkin setelah muka perang itu berubah menjadi muka zombie.
Jangan terlalu jauh mikirin keadaan yang sesungguhnya tidak terjadi. Akan lebih stress jika itu benaran terjadi karena doktrin dari dalam diri.
Meyakinkan diri bahwa kamu baik-baik saja itu sulit jika semua gadgetmu sudah ditangannya.
Apakah aku masih menjadi sebuah ganjalan dalam hubunganmu? Kalau begitu jangan hubungi aku lagi.
Dan ketika aku mulai mencoba menghapus ingatan tentangmu, kamu tiba-tiba hadir menjadi sebab senyumku.
Bukannya aku tidak senang diperhatkan olehmu, namun jika perhatianmu hanya akan menambah dalam luka ketika kamu tinggalkan, lebh baik jangan.
Aku maklum jika dia tidak bisa menerima kehadiranku. Mungkin dia iri padaku yang lebih darinya?
Harusnya aku tak perlu khawatir, aku yakin kamu menyisakan celah kosong di kesibukanmu untuk memerhatikanku.
Bila dia masih menganggap aku adalah perebut, pikir dulu siapa yang lebih dulu mengenalmu.
Mungkin aku akan lebih respect padanya jika saja dia bisa sedewasa umurnya. Jangan salahkan aku bila sifat kekanak-kanakanku lebih parah darinya.
Media komunikasi yang tak mungkin tersentuh olehnya adalah kontak batin. Tak bisa dilihatnya jika terlalu kepo, tak bisa dirampasnya bila cemburu, apalagi diambil alih olehnya.
Kita punya ikatan persaudaraan, bukan hubungan yang sewaktu-waktu bisa putus.
Selama rindu belum terjawab, selama itu pula aku tak berhenti mengikutimu, selama itu pula ia menyembunyikanmu.
Kenapa harus takut? Aku kan bukan peran antagonis FTV yang bisa merebut semuanya darimu, aku hanya mencoba mengetahui kabarmu.
Percuma saja jika membendung keinginanku untuk tidak memikirkanmu. Itu sama saja dengan menyuruh kutu buku berhenti membaca.
Aku lebih senang menyentuhmu melalui dunia maya, mungkin karena aku tak bisa melakukannya di dunia nyata.
Menyalahkan jarak adalah hal bodoh, karena jarak kita bisa saling menikmati rindu.
Bahkan ketika kita berdua pun kamu masih sibuk memandang layar hape yang setiap menit begetar.
Ingin kubuang saja rasanya hape mu di tepi lautan kemarin. Agar tak ada yang mengganggu waktu kita yang terbatas.
Entah siapa yang akan kamu selamatkan duluan ketika tenggelam, aku atau hapemu?
Ada senyum yang dipaksa ketika ia kemarin datang untuk berpamitan.
Aku juga bisa tau, berpura-pura bercanda di tengah jalan untuk diperlihatkan padaku.
Jabatan tangan bukan berarti damai. Terbukti ia menyiapkan strategi baru kala itu.
Memangnya cuma dia yang bisa pasang ava sama kamu, aku juga bisa kok. Aku hanya menjaga perasaanmu.
Siapa yang sebenarnya memulai? Kenapa tidak ada yang mau mengakhiri?
Yang kecil-kecil biasanya jadi korban, contohnya rakyat kecil dan anak kecil.
Karena kau sudah terlanjur mengenalmu maka tak bisa lagi untuk melupakanmu.
Otakku kram dipaksa melupaknmu tanpa latihan terlebih dahulu.
Aku terlelap, bersama kata yang belum sempat terucap. Semoga bersambung dalam mimpi.
Jika memikirkanmu berbayar, mungkin aku sudah jatuh miskin karenanya.
Semoga apa yang kulakukan merupakan impian yang belum sempat kamu lanjutkan.
Yang sudah jadi boss tinggal tunjuk sana sini langsung dapat. Apakah ketika aku menjadi boss lalu menunjuk dirimu akan kudapatkan itu?
Sekarang terlalu banyak bicara sudah tidak relevan, terlalu banyak mengetik mungkin yang pas. Type less do more!
Menulis seperti menyalin apa yang ada di hati dan pikiran, mungkin saja setelah menulis hati dan pikiran sudah kosong.
Sebenarnya label “fragile” tidak cuma untuk perabotan rumah tangga, namun juga untuk hati.
Udah kayak anak sekolahan aja, hape kok pake disita?
Mengapa harus menahan rindu? Ia tak punya salah apa-apa, lepaskan saja.
Padahal aku punya 11 lainnya tapi perhatianku hanya tertuju padamu.
Bagaimana mau bertemu lagi jika membuat janji saja banyak yang tidak ditepati?
Saat mata kita bertemu, hati kita saling beradu.
Ada yang menetes dari hati ketika kamu genggam jemari ini. Dingin dan menyentuh.